Jumat, 22 Juli 2016

Tari tunggal, tari berpasangan, dan tari kelompok

Tari tunggal adalah bentuk tarian yang ditarikan secara individu atau sendiri, baik laki-laki atau perempuan. Penari memiliki tanggung jawab pribadi untuk menghapal gerak dan formasi dari awal sampai akhir pementasan. Tari tunggal biasanya memiliki alur cerita atau penokohan dengan tema kepahlawanan atau percintaan. Contoh: tari panji semirang (Bali), tari golek (Jawa Tengah), tari topeng (Jawa Barat). Jumlah tari bentuk ini lebih sedikit karena masyarakat kita lebih menyukai tarian massal.

Bentuk tari berpasangan atau berpasang-pasangan bisa dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan, sesama laki-laki, atau sesama perempuan. Sang penari harus memperhatikan keselarasan geraknya dengan gerak pasangannya. Mereka harus saling mengisi dan melengkapi, juga melakukan respons dan kerja sama. Contoh: tari gale-gale (Irian Jaya), tari oleg tambulilingan (Bali), tari payung (Melayu), tari piso surit (Batak Karo), tari cokek (Jakarta).

Tari kelompok adalah bentuk tarian yang ditarikan oleh tiga orang atau lebih. Tari jenis ini memerlukan kerja sama yang lebih baik lagi. Keserempakan gerak dan permainan komposisi sangat menentukan. Untuk pergelaran drama tari atau sendra tari penari harus dapat diajak kerja kelompok berdasarkan alur cerita atau keterkaitan para pemeran tokohnya. Contoh: tari bedhaya semang (6 orang, Surakarta, Jawa Tengah), tari bedhaya ketawang (6 orang, Yogyakarta), tari lawung (4 orang, Jawa Tengah), tari serimpi (4 orang, Jawa Tengah), tari kecak (Bali), tari janger (Bali).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.